Friday, January 29, 2010

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SESI 2

Rencana Program
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Sesi 2 : Mencegah perilaku kekerasan fisik

A. PENGERTIAN
rapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama yang bertujuan untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antara anggota yang memiliki karakteristik yang sama.
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan menjadi adaptif.

B. KARAKTERISTIK
Klien yang mendapatkan TAK adalah klien dengan riwayat perilaku kekerasan sesuai dengan jenis yang dialami dan klien yang kooperatif.

C. MASALAH KEPERAWATAN
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

D. TUJUAN:
a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.

E. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Keadaan dimana seseorang menunjukan perilaku yang aktual melakukan kekerasan yang ditunjukan pada diri sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungannya.
2. Karakteristik
a. Fisik
1) Mata melotot atau pandangan tajam
2) Tangan mengepal
3) Rahang mengatup
4) Wajah memerah
5) Postur tubuh kaku
b. Verbal
1) Mengancam
2) Mengumpat dengan kata-kata kotor
3) Suara keras
4) Bicara kasar, ketus
c. Perilaku
1) Menyerang orang lain
2) Melukai diri sendiri/orang lain
3) Merusak lingkungan
4) Amuk/agresif
3. Faktor yang Berhubungan
a. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan amarah
b. Stimulus lingkungan
c. Konflik interpersonal
d. Status mental
e. Putus obat
f. Penyalahgunaan narkotik/alkoholik
4. Data Utama
a. Sikap bermusuhan
b. Melukai diri/orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Perilaku amuk/agresif

F. PERSIAPAN
1. Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang
1. Waktu dan Tempat
Hari, Tanggal : Kamis, 30 April 2009
Waktu : 10.00 - 11.00 WIB
Tempat : Ruang Makan ruang Sadewa
2. Alat
a. Bantal
b. Sumpit/pena dan gelas
c. Kertas putih
d. Alat tulis
3. Pengorganisasian
a. Leader : Br.
b. Co leader : Sr.
Tugas leader dan Co leader :
1) Mengarahkan dan memimpin jalannya TAK.
2) Membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan.
3) Menjadi motivator.
c. Fasilitator :
Fasilitator 1 : Sr.
Fasilitator 2 : Sr.
Fasilitator 3 : Sr.
Tugas fasilitator :
1) Ikut serta dalam kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
2) Menyiapkan tempat dan alat.
3) Menjadi motivator.
d. Observer : Br.
Tugas observer :
1) Mencatat serta mengamati respon klien.
2) Mengamati jalannya aktivitas.
3) Mengamati peserta drop out.
e. Peserta :
1) Nama : Sdr.
Riwayat perilaku kekerasan : tiga hari sebelum masuk rumah sakit ngamuk, membentak orang tua, membakar pakaian orang tua. Kondisi Saat ini : logore
2) Nama : Sdr.
Riwayat perilaku kekerasan : riwayat mengamuk, sulit tidur, banting barang-barang.
Kondisi Saat ini : logore, aktifitas bisa diarahkan
3) Nama : Sdr.
Riwayat perilaku kekerasan : sebelum masuk rumah sakit suka menyendiri, kadang bicara dengan hewan, pernah memukul orang lewat. ____________
Kondisi Saat ini : logore, emosi masih labil
4) Nama : Sdr.
Riwayat perilaku kekerasan : sebelum masuk rumah sakit tidur kurang, tidak mau mandi teriak-teriak, malam suka ngeluyur.
Kondisi Saat ini : logore, emosi masih labil
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran/stimulasi
5. Langkah Kegiatan
a. Persiapan (10 menit)
1) Mengingatkan kontrak dengan klien
2) mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi (10 menit)1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien
b) Perkenalan nama dan panggilan terapis dan klien
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan : penyebab tanda dan gejala perilaku kekerasan serta akibatnya
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
b) Menjelaskan aturan main tersebut
(1) Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
(2) Lama kegiatan 60 menit
(3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap kerja (30 menit)
1) Klien Duduk melingkar.
2) Klien diminta untuk memilih sejumlah sumpit/pena yang salah satunya telah diberi tanda.
3) Klien yang mendapatkan sumpit/pena yang ada tandanya akan menceritakan tentang kegiatan fisik yang biasa dilakukan dirumah atau dirumah sakit yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat lalu ditulis di kertas putih.
4) Setelah klien menyebutkan kegiatannya selanjutnya memilih klien lain dan proses diulang dari awal hingga semua klien menceritakan tentang kegiatan fisik yang biasa dilakukan dirumah atau dirumah sakit yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat.
5) Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat.
6) Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih
a) Terapis mempraktikkanb) Klien melakukan redemonstrasi
c) Upayakan semua klien berperan aktif.
d. Tahap terminasi (10 menit)
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Memberi reinforcement positif atas keberhasilan kelompok
2) Rencana tindak lanjut
a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
b) menganjukan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari
c) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain yaitu interaksi sosial yang asertif

B. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi-II,Kemampuan yang diharapkan adalah 2 kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi berikut :

Sesi II : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan Psikologis
No.
Nama Klien
kegiatan fisik yang biasa dilakukan dirumah atau dirumah sakit yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat
Ø Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
Untuk tiap klien tuliskan pendapat klien mengenai kegiatan fisik yang biasa dilakukan dirumah atau dirumah sakit yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat
Sesi II : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan Psikologis
No.
Nama Klien
Mempraktikkan cara fisik yang pertama
Mempraktikkan cara fisik yang kedua
Ø Petunjuk:
2. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
3. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda [b] jika klien mampu dan tanda [ X ] jika klien tidak mampu.
Ø Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh :
Klien mengikuti Sesi II,TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu mempraktikkan napas dalam, tapi belum mampu mempraktikkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

C. PROGRAM ANTISIPASI MASALAH
Program antisipasi masalah merupakan suatu intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin muncul saat kegiatan dilakukan. Masalah yang mungkin muncul saat kegiatan dilakukan adalah :
1. Klien tidak mau memulai kegiatan
Intervensi :
a) Mendekati klien
b) Menanyakan mengapa klien tidak mau memulai kegiatan
c) Jelaskan pada klien pentingnya mengikuti kegiatan
d) Mengarahkan untuk mengikuti kegiatan seperti klien yang lain.
2. Klien meninggalkan kegiatan
a) Panggil nama klien
b) Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
c) Berikan penjelasan pada klien
d) Ajak kembali klien mengikuti kegiatan.

EVALUASI
Fase Kerja:
1. Terapis:
2. Klien:
3. Proses Terapi:
Setting Tempat:
Proses:
Waktu:
4. Tujuan:
Sesi II : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan Psikologis
No.
Nama Klien
kegiatan fisik yang biasa dilakukan dirumah atau dirumah sakit yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat
 Sesi II : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan Psikologis
No.
Nama Klien
Mempraktikkan cara fisik yang pertama
Mempraktikkan cara fisik yang kedua

Sunday, June 15, 2008

NurSe: duitmau

NurSe: duitmau

Bisnis

ClinicalOne

When you join ClinicalOne, you gain access to a world of benefits that improve your employment options and enhance your overall employment service experience.

Online Jobs: ClinicalOne's extensive selection of healthcare employment opportunities is available 24/7 throughout the world to all our candidates. Simply log on and search!

A single worldwide system: All Clinical One offices throughout the world access a single computer system that holds all our candidate information. This way you can be sure that your professional credentials are available to everyone you may be interested in working with. Whether they are in Wellington or Washington!

Global SMS: We take communications with our candidates very seriously. That's why we've introduced a comprehensive SMS messaging system to keep our candidates up to date with all information relevant to them. From new positions and shifts available to payslips and important industry information, we'll always keep you well informed.

Why work with us?

Recruitment is the ultimate "People Business". Not only do we find work for people helping them achieve their career, ambitions and goals, but we are also reliant on the commitment and talent of our own staff. It is our people who guarantee the quality and continuity of our services. At Vedior Asia Pacific more than anything else it's about providing our people with a rewarding and supportive environment to enable them to be the best they can be.

Debbie Loveridge Chief Executive Officer Vedior Asia Pacific

GGK

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang.

Tubuh mahluk hidup terdiri dari berbagai macam sistem kerja yang kompleks. Masing-masing sistem didukung oleh satu atau lebih organ yang berbeda-beda fungsinya.

Mempertahankan volume,komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan yang berarti keselamatan dari seluruh mahluk hidup. Pada manusia,fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal. Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh,mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. Mengingat fungsi ginjal yang sangat penting maka setiap keadaan yang dapat menimbulkan gangguan fungsi organ ini dapat membawa kematian. Apabila ginjal gagal melakukan fungsinya maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera. Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik disebut juga dengan Gagal Ginjal Kronis(GGK). Gagal ginjal kronis ditandai dengan penurunan fungsi nefron,penurunan laju penyaringan glomerolus dan uremia.1)

Di dunia barat setiap tahun kurang lebih 50 orang per juta populasi menderita serangan gagal ginjal kronis.2) Di amerika dengan penduduk lebih dari 20 milyar,satu dari sembilan orang dewasa mempunyai penyakit ginjal kronik. Penyakit ginjal menempati urutan pertama pada pembiayaan perawatan di amerika dan lebih dari 378.000 waga amerika tertolong dari gagal ginjal kronis dengan memerlukan mesin ginjal buatan untuk mempertahankan hidup,lebih dari 50.000 pasien menunggu untuk dilakukan transplantasi ginjal tetapi hanya sekitar 14.000 yang dapat menerimanya karena keterbatasan organ donor ginjal.3)

Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronis mencapai 70 ribu penderita dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10 % setiap tahun. Menurut dat dari rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada bulan januari-desember 2006 yang menjalani rawat inap dengan penyakit gagal ginjal kronis berjumlah 161 pasien yang terdiri dari 99 orang laki-laki atau 61,5 % dan 62 pasien perempuan atau 39,5%.Jika dirata-rata hal ini berarti dalam 1 bulan pasien yang menjalani rawat inap dengan penyakit GGK berjumlah 13 orang. Dari bulan januari-akhir april 2007 pasien yang menjalani rawat inap dengan penyakit GGK berjumlah 60 orang pasien yang terdiri dari 29 orang laki-laki atau 48,3% dan 31 pasien perempuan atau 51,7 %. Jika dirata-rata dalam 1 bulan pasien yang menjalani rawat inap dengan penyakit GGK sampai akhir april 2007 berjumlah 15 orang. Hal ini berarti bahwa jumlah pasien GGK mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 sebanyak 24 pasien dan sampai akhir april 2007 sebanyak 11 pasien GGK keluar dalam keadaan meninggal.

Penderita yang didiagnosa mengalami gagal ginjal kronis tetapi tidak menjalani transplantasi,maka seumur hidupnya ia akan bergantung pada alat dialisa untuk menggantikan fungsi ginjalnya. Pengobatan pada GGK dibagi 2 yaitu pengobatan konservatif dan pengobatan pengganti atau dalisa dan transplantasi. Sebelum akhirnya menerima dialisa,pasien GGK biasanya menerima terapi konservatif seperti koreksi terhadap faktor-faktor yang berperan,kontrol tekanan darah dan cairan serta pembatasan diet. Namun terapi ini tidak mengobati penyakitnya tetapi mempertahankan supaya tidak menjadi progresif. Pada akhirnya pasien GGK cenderung memerlukan terapi pengganti ginjal (dialisa/transplantasi ginjal) yang bagaimanapun tindakan ini tidak mengurangi kemungkinan kematian akibat komplikasi GGK atau karena prosedur tindakan ini. Dari data yang diperoleh di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada tahun 2006 terdapat 708 pasien mendapat pengobatan dialisa dengan jumlah pelayanan hemodialisa 2818 dan dari bulan januari-akhir april 2007 terdapat 159 pasien mendapat pengobatan dilaisa dengan jumlah pelayanan hemodialisa 633.4) Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita gagal ginjal kronis. Salah satu jenis dialisa adalah hemodialisa.

Hemodialisa didefinisikan sebagai bergeraknya air dan zat-zat beracun hasil metabolisme dari dalm darah melewati membran semipermeabel ke dalam cairan dialisa. Salah satu masalah yang sering timbul pada penderia yang menjalani dialisa adalah tingginya insiden gizi kurang. Keadaan gizi kurang ini antara lain disebabkan oleh prosedur dialisa sendiri misalnya beberapa zat gizi seperti protein,vitamin dan mineral yang larut dalam air,vitamin B6,vitamin C,asam folat,besi akan larut dalam dialisat. Asupan makanan yang kurang dari penderita iku menyokong terjadinya gizi kurang. Kurangnya asupan makanan mungkin dipengaruhi oleh faktor tidak adanya nafsu makan,mual,muntah atau sedikitnya alternatif untuk memilih bahan makanan karena ketatnya diet yang diberikan.5)

Diet bertujuan untuk membantu mempertahankan status gizi yang optimal,mencegah faktor-faktor pemberat,mencoba untuk memperlambat penurunan fungsi ginjal,mengurangi dan bila mungkin menghilangkan gejala yang mengganggu dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Diet dengan hati-hati ditentukan oeh dokter dan diterjemahkan kedalam pola makanan pasien oleh ahli gizi. Perencanaan pengaturan diet cukup sulit dan diet sukar diikuti oleh pasien,akan tetapi bila itu tidak dipatuhi akan memberikan konsekuensi yang merugikan.6)

Selam ini banyak pasien mengganggap bahwa setelah dilakukan dialisa maka fungsi ginjal akan normal kembali. Diperkirakan hanya sekitar 10- 20% pasien GGK yang melakukan dialisa dapat kembali berfungsi seperti orang sehat.

Selai dengan dialisa dan transplantasi ginjal,diet juga merupakan perawatan yang penting untuk pasien GGK.Dengan adanya pengaturan diet yang baik maka penderita GGK dapat hidup normal kembali dan produktif serta dapat menunda menjalani dialisa untuk jangka waktu yang cukup lama. Melihat pentingnya diet bagi pasien GGK yang menjalani hemodialisa maka peneliti tertarik untuk meneliti ketaatan diet pasien GGK yang menjalani hemodialisa.



B. Rumusan Masalah

Bagaimana ketaatan diet pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2007?



C. Tujuan

Memperoleh informasi tentang ketaatan diet pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2007.



D. Manfaat

1. Bagi lahan penelitian (Rumah Sakit Panti Rapih)

a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui ketaatan diet pasien GGK yang menjalani hemodialisa.

b. Sebagai masukan untuk memberi penyuluhan kepada pasien GGK oleh petugas kesehatan tentang diet GGK

.

2. Bagi institusi (Akper Panti Rapih)

Sebagai bahan informasi dan bahan bacaan yang berkaitan dengan diet GGK.

3. Bagi peneliti

Sebagai wahana bagi penulis dalam menguji daya analisa pada situasi nyata dan menerapkan ilmu yang sudah diperoleh untuk mendpatkan pengalaman nyata.


E. Ruang lingkup

Lingkup keilmuan adalah menerapkan teori dan ilmu keperawatan medikal bedah (perkemihan) dengan membatasi pada diet GGK, sedang untuk lingkup masalahnya adalah ketaatan diet pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa.



Penelitian ini ditujukan pada pasien GGK yang mendapat hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.



Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 september-30 september 2007 di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Friday, June 6, 2008

duitmau

mo dapet duit dari internet? daftar aja.. http://bux.to/?r=wuyung
sama http://www.AWSurveys.com/HomeMain.cfm?RefID=wuyungvh

ato mo masuk kul kedokteran ato mipa tapi takut nggak bisa lolos?
chat kesini aja... saya kasih solusinya....

Wednesday, May 14, 2008

postingpertama








Tuesday, 13-May-2008

|http://akperpantirapih.blogspot.com|

















 

 

 

 


 

BAB I

PENDAHULUAN




A. Latar Belakang.


Tubuh mahluk hidup terdiri dari berbagai macam sistem kerja yang kompleks. Masing-masing sistem didukung oleh satu atau lebih organ yang berbeda-beda fungsinya.


Mempertahankan volume,komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan yang berarti keselamatan dari seluruh mahluk hidup. Pada manusia,fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal. Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh,mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. Mengingat fungsi ginjal yang sangat penting maka setiap keadaan yang dapat menimbulkan gangguan fungsi organ ini dapat membawa kematian. Apabila ginjal gagal melakukan fungsinya maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera. Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik disebut juga dengan Gagal Ginjal Kronis(GGK). Gagal ginjal kronis ditandai dengan penurunan fungsi nefron,penurunan laju penyaringan glomerolus dan uremia.1)


Di dunia barat setiap tahun kurang lebih 50 orang per juta populasi menderita serangan gagal ginjal kronis.2) Di amerika dengan penduduk lebih dari 20 milyar,satu dari sembilan orang dewasa mempunyai penyakit ginjal kronik. Penyakit ginjal menempati urutan pertama pada pembiayaan perawatan di amerika dan lebih dari 378.000 waga amerika tertolong dari gagal ginjal kronis dengan memerlukan mesin ginjal buatan untuk mempertahankan hidup,lebih dari 50.000 pasien menunggu untuk dilakukan transplantasi ginjal tetapi hanya sekitar 14.000 yang dapat menerimanya karena keterbatasan organ donor ginjal.3)


Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronis mencapai 70 ribu penderita dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10 % setiap tahun. Menurut dat dari rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada bulan januari-desember 2006 yang menjalani rawat inap dengan penyakit gagal ginjal kronis berjumlah 161 pasien yang terdiri dari 99 orang laki-laki atau 61,5 % dan 62 pasien perempuan atau 39,5%.Jika dirata-rata hal ini berarti dalam 1 bulan pasien yang menjalani rawat inap dengan penyakit GGK berjumlah 13 orang. Dari bulan januari-akhir april 2007 pasien yang menjalani rawat inap dengan penyakit GGK berjumlah 60 orang pasien yang terdiri dari 29 orang laki-laki atau 48,3% dan 31 pasien perempuan atau 51,7 %. Jika dirata-rata dalam 1 bulan pasien yang menjalani rawat inap dengan penyakit GGK sampai akhir april 2007 berjumlah 15 orang. Hal ini berarti bahwa jumlah pasien GGK mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 sebanyak 24 pasien dan sampai akhir april 2007 sebanyak 11 pasien GGK keluar dalam keadaan meninggal.


Penderita yang didiagnosa mengalami gagal ginjal kronis tetapi tidak menjalani transplantasi,maka seumur hidupnya ia akan bergantung pada alat dialisa untuk menggantikan fungsi ginjalnya. Pengobatan pada GGK dibagi 2 yaitu pengobatan konservatif dan pengobatan pengganti atau dalisa dan transplantasi. Sebelum akhirnya menerima dialisa,pasien GGK biasanya menerima terapi konservatif seperti koreksi terhadap faktor-faktor yang berperan,kontrol tekanan darah dan cairan serta pembatasan diet. Namun terapi ini tidak mengobati penyakitnya tetapi mempertahankan supaya tidak menjadi progresif. Pada akhirnya pasien GGK cenderung memerlukan terapi pengganti ginjal (dialisa/transplantasi ginjal) yang bagaimanapun tindakan ini tidak mengurangi kemungkinan kematian akibat komplikasi GGK atau karena prosedur tindakan ini. Dari data yang diperoleh di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada tahun 2006 terdapat 708 pasien mendapat pengobatan dialisa dengan jumlah pelayanan hemodialisa 2818 dan dari bulan januari-akhir april 2007 terdapat 159 pasien mendapat pengobatan dilaisa dengan jumlah pelayanan hemodialisa 633.4) Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita gagal ginjal kronis. Salah satu jenis dialisa adalah hemodialisa.


Hemodialisa didefinisikan sebagai bergeraknya air dan zat-zat beracun hasil metabolisme dari dalm darah melewati membran semipermeabel ke dalam cairan dialisa. Salah satu masalah yang sering timbul pada penderia yang menjalani dialisa adalah tingginya insiden gizi kurang. Keadaan gizi kurang ini antara lain disebabkan oleh prosedur dialisa sendiri misalnya beberapa zat gizi seperti protein,vitamin dan mineral yang larut dalam air,vitamin B6,vitamin C,asam folat,besi akan larut dalam dialisat. Asupan makanan yang kurang dari penderita iku menyokong terjadinya gizi kurang. Kurangnya asupan makanan mungkin dipengaruhi oleh faktor tidak adanya nafsu makan,mual,muntah atau sedikitnya alternatif untuk memilih bahan makanan karena ketatnya diet yang diberikan.5)


Diet bertujuan untuk membantu mempertahankan status gizi yang optimal,mencegah faktor-faktor pemberat,mencoba untuk memperlambat penurunan fungsi ginjal,mengurangi dan bila mungkin menghilangkan gejala yang mengganggu dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Diet dengan hati-hati ditentukan oeh dokter dan diterjemahkan kedalam pola makanan pasien oleh ahli gizi. Perencanaan pengaturan diet cukup sulit dan diet sukar diikuti oleh pasien,akan tetapi bila itu tidak dipatuhi akan memberikan konsekuensi yang merugikan.6)


Selam ini banyak pasien mengganggap bahwa setelah dilakukan dialisa maka fungsi ginjal akan normal kembali. Diperkirakan hanya sekitar 10- 20% pasien GGK yang melakukan dialisa dapat kembali berfungsi seperti orang sehat.


Selai dengan dialisa dan transplantasi ginjal,diet juga merupakan perawatan yang penting untuk pasien GGK.Dengan adanya pengaturan diet yang baik maka penderita GGK dapat hidup normal kembali dan produktif serta dapat menunda menjalani dialisa untuk jangka waktu yang cukup lama. Melihat pentingnya diet bagi pasien GGK yang menjalani hemodialisa maka peneliti tertarik untuk meneliti ketaatan diet pasien GGK yang menjalani hemodialisa.




B. Rumusan Masalah


Bagaimana ketaatan diet pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2007?


 


C. Tujuan


Memperoleh informasi tentang ketaatan diet pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2007.




D. Manfaat


1. Bagi lahan penelitian (Rumah Sakit Panti Rapih)

a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui ketaatan diet pasien GGK yang menjalani hemodialisa.

b. Sebagai masukan untuk memberi penyuluhan kepada pasien GGK oleh petugas kesehatan tentang diet GGK

.

2. Bagi institusi (Akper Panti Rapih)

Sebagai bahan informasi dan bahan bacaan yang berkaitan dengan diet GGK.

3. Bagi peneliti

Sebagai wahana bagi penulis dalam menguji daya analisa pada situasi nyata dan menerapkan ilmu yang sudah diperoleh untuk mendpatkan pengalaman nyata.



E. Ruang lingkup


Lingkup keilmuan adalah menerapkan teori dan ilmu keperawatan medikal bedah (perkemihan) dengan membatasi pada diet GGK, sedang untuk lingkup masalahnya adalah ketaatan diet pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa.




Penelitian ini ditujukan pada pasien GGK yang mendapat hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.




Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 september-30 september 2007 di ruang hemodialisa Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.